1. Menyebutkan 4 hal sikap yang ilmiah
-Teori:
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan
atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap
ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam
diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karya ilmiah
Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut.
* Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan
bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan
seterusnya.
* Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari
informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk
dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya,
kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
* Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau
mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain,
walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan
orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak
sesuai.
* Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
* Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya
orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas
sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari
pernyataan atau pendapat orang lain.
* Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada
ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan
walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
* Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu
ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang
ilmunya.
Sikap ilmiah ini juga harus ada pada diri Anda ketika menyusun buku
ilmiah. Kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan sikap ilmiah harus
Anda buang jauh-jauh, misalnya sikap menonjolkan diri dan tidak
menghargai pendapat orang lain, sikap ragu dan mudah putus asa, sikap
skeptis dan tak acuh terhadap masalah yang dihadapi.
http://menulisbukuilmiah.blogspot.com/2008/10/karya-tulis-ilmiah-ciri-dan-sikap.html
-studi kasus :
Saya meradang dan marah ketika membaca postingan teman-teman di
kompasiana lalu kemudian di kompas.com dan detik.com. Dalam berita itu
tertuliskan ada seorang profesor dari salah satu perguruan tinggi
terkenal di Bandung diduga melakukan plagiat. Berita itu kemudian saya
baca lagi di harian kompas cetak Rabu, 10 Februari 2010 dengan judul
guru besar diduga menjiplak di SINI.
Sebagai seorang pendidik, saya pun terduduk diam. Sangat menyayangkan
kejadian yang memalukan ini. Apalagi itu dilakukan oleh orang yang
menurut teman saya sangat cerdas, karena di usianya yang masih muda
sudah bergelar profesor, guru besar di perguruan tinggi.
Tapi apa mau dikata, nasi telah menjadi bubur. Kita pun harus mengolah
bubur itu agar enak dimakan dengan menambahkan daging ayam, kacang
kedelai, kecap, bumbu kari, kerupuk, dan lain-lain sehingga bubur itu
siap dihidangkan di meja makan dan mengundang selera makan.
Kasus plagiat bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan kita. Terkadang
banyak orang melakukan proses “instan” dan tak mau bersusah payah
menuliskan pemikirannya sendiri. Bagi saya, menulis adalah merekam jejak
pemikiran saya. Oleh karenanya saya akan tahu kalau tulisan saya itu
dijiplak oleh orang lain. Sebab pemikiran saya sangat orisinil dan tidak
saya biarkan orang lain itu mengambil jejak pemikiran saya yang unik
ini. (hehehehehe, GR!)
Jiplak menjiplak dalam dunia pendidikan kita relatif tinggi, hanya saja
banyak orang yang tak begitu peduli dengan keadaan ini. Padahal sudah
jelas, kalau kita menjiplak hasil karya orang lain, maka hukumannya
adalah MALU. Kita akan menjadi malu dengan kelakuan kita sendiri yang
tak jujur dengan apa yang dituliskan. Menjiplak hasil pemikiran orang
lain dan seolah-olah itu adalah pemikiran kita. Bila itu anda lakukan,
maka anda adalah seorang plagiat. Seorang yang tidak memiliki
kreativitas dalam menulis. Membuata anda menggali kubur anad sendiri dan
membuat orang menceritakannya dari mulut ke mulut. Kalau sudah begitu,
berita itu akan sampai ke telinga anda dan menjadi malulah anda.
Bagaimana caranya agar kita tak dituduh plagiat? Mudah saja! Cantumkan
nama orang yang kita ambil tulisannya dengan meletakkannya ke dalam
footnote atau bodynote dalam artikel serta melampirkannya dalam daftar
pustaka bila anda membuatnya dalam karya tulis ilmiah. Itupun, sebaiknya
jangan 100 % anda ambil, tetapi sebagian saja kalimat yang penting.
Bila anda terlupa tak mencantumkan itu, maka anda bisa dikategorikan
plagiat. Menjiplak hasil karya tulis orang lain yang anda ambil tanpa
menuliskan nama si penulis. Rasanya tidak mungkin bila itu unsur
kesengajaan, sebab ada etika dalam menulis karya tulis, apalagi karya
tulis ilmiah yang sudah berbentuk jurnal ilmiah yang disebarkan melalui
internet.
Berdasarkan kejadian memalukan yang menimpa seorang guru besar di atas,
maka ada hikmah atau pembelajaran yang harus kita ambil. Jadikan ini
sebagai pembelajaran nyata bahwa kreativitas menulis harus terus
digalakkan dari anak masih belajar menulis hingga mampu menulis sehingga
dia menjadi terbiasa menulis sendiri hasil karyanya. Ketika kreativitas
menulis itu telah bersemayam dalam diri, maka pantang baginya untuk
melakukan plagiarisme. Sebuah kegiatan jiplak menjiplak yang pada
akhirnya tidak membuatnya menjadi orang yang pandai menulis.
Akhirnya, setelah membaca berita seorang guru besar diduga menjiplak,
maka saya hanya ingin memperingatkan dan menyarankan kepada anda semua,
“Awas!! Jangan jadi plagiat!!”.
http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/10/awas-jangan-jadi-plagiat/
-opini :
salah satu sikap ilmiah adalah "bisa menghargai karya orang lain"
janganlah menjadi plagiator, janganlah menjiplak karya orang lain dan
megakuinya sebagai karya kita, bagaimana jika sebuah karya yang telah
kita buat susah payah si klaim sebagai karya orang lain, tentu kita
pasti akan sangat marah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar