Siapa
yang tidak mengenal buah mengkudu atau sering juga disebut dengan pace?
Buah yang buruk rupa dan berbau tak sedap ini ternyata punya banyak
manfaat.
Menurut
Djoko Maryono, dokter spesialis internis dan kardiologis Rumah Sakit
Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, mereka yang berusia emas sangat cocok
mengonsumsi buah mengkudu.
"Banyak
manfaat di dalamnya, misal sumber antioksidan," katanya. Antioksidan
ini bisa mengunci radikal bebas yang bisa menurunkan daya tahan tubuh.
Kandungan mengkudu
- Zat nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral penting, tersedia dalm jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens, phenylalanine, magnesium, dll.
- Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh.
- Zat anti bakteri.Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella montivideo, S . scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S . flexnerii, S . pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus.
- Scolopetin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan anti-alergi.
- Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal.
- Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapt di dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.
Harus
diakui, terangkatnya pamor mengkudu tidak terlepas dari fenomena back
to nature yang kini banyak digandrungi orang. Khususnya sejak pakar
tanaman obat Prof. Hembing Wijayakusumah memperkenalkan mengkudu sebagai
salah satu tanaman obat berkhasiat. Berdasarkan catatan, terhitung
sejak 1998 perkembangan pasar mengkudu di Tanah Air makin tak
terbendung. Hanya dalam tempo 3 tahun, sedikitnya telah ada 50
perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan mengkudu, baik skala
besar (pabrikan) maupun rumah tangga (home industry).
Hasil
riset Lembaga Pengkajian Bisnis Pangan Bogor, dari 50 perusahaan
tersebut, sedikitnya 900 juta liter sari mengkudu terjual tiap bulan.
Jika pada tahun 1999 omzet bisnis mengkudu mencapai Rp 1,5 miliar, pada
tahun 2001 menjadi Rp 40 miliar. Luar biasa. Sedangkan di seluruh dunia,
omzet bisnis mengkudu mencapai angka 500 juta dolar AS. Dengan asumsi
produksi setiap liter jus mengkudu membutuhkan 4-8 kg buah segar,
berarti setiap bulan dibutuhkan 720-1.440 kg buah mengkudu segar untuk
diolah (A.P. Bangun & Sarwono, Khasiat dan Manfaat Mengkudu, 2002).
Meski
demikian, sebenarnya mengkudu sejak lama dikenal sebagai tanaman yang
berkhasiat. Setidaknya sejak 1500 tahun lalu penduduk Kepulauan Hawaii
sudah menganggap mengkudu sebagai barang keramat. Mereka menyebutnya
dengan nama “Noni” dan dipercaya memiliki banyak manfaat sebagai obat.
Oleh karenanya, mengkudu pun mendapat julukan lain yakni sebagai
Hawaiian magic plant karena tanaman ini dipercaya mampu mengobati
berbagai jenis penyakit. Karena selalu mengonsumsi mengkudu, mereka
merasa selalu sehat sepanjang tahun, tanpa gangguan penyakit yang
berarti.
Demikian
pula dengan masyarakat di sejumlah negara sudah sejak lama mengenal
mengkudu sebagai tanaman obat multi khasiat. Khususnya bagi
negara-negara di kawasan Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, dan Karibia,
mengkudu sudah cukup populer sebagai bahan pengobatan tradisional.
Seluruh bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang hingga buah
dimanfaatkan untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Meski saat itu
secara medis belum terbukti, tapi secara empiris sudah banyak orang
merasakan khasiatnya. Sampai-sampai tabib di Kepulauan Pasifik
menganggap mengkudu sebagai tanaman suci.
Secara
tradisional, bagian tumbuhan mengkudu digunakan dalam bentuk segar,
sari buah atau seduhan, dan tapal. Pengetahuan mengenai khasiat,
cara-cara pengobatan, jenis-jenis penyakit yang bisa disembuhkan,
biasanya diwariskan dari satu generasi ke generasi berikut. Akar
misalnya, dimanfaatkan untuk mengobati kejang-kejang dan tetanus,
menormalkan tekanan darah, obat demam, dan tonikum. Kulit batang
digunakan sebagai tonikum, antiseptik pada luka atau pembengkakan kulit.
Daunnya digunakan sebagai obat disentri, kejang usus, pusing,
muntah-muntah, dan demam. Sedangkan buahnya untuk obat peluruh kemih,
usus-usus, pelembut kulit, kejang-kejang, bengek, gangguan pernapasan,
dan radang selaput sendi.
Sementara
itu, secara modern, berdasarkan hasil penelitian dan riset tentang
khasiat mengkudu, para ilmuwan Barat berhasil mengidentifikasi mengkudu
mengandung zat-zat aktif yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Dr.
Isabella Abbott misalnya, seorang ahli botani, pada tahun 1992 menulis,
mengkudu semakin banyak digunakan orang untuk mengontrol diabetes,
kanker, dan tekanan darah tinggi. Kemudian pada 1993, jurnal Center
Letter melaporkan bahwa beberapa peneliti dari Keio University dan The
Institute of Biomedical Sciences Jepang melakukan riset terhadap 500
jenis tanaman. Mereka mengklaim telah menemukan zat antikanker dalam
buah mengkudu.
Yang
agak populer tampaknya hasil survei yang dilakukan Dr. Neil Solomon
terhadap 8.000 pemakai sari buah mengkudu, termasuk 40 dokter dan
praktisi medis. Hasilnya memperlihatkan, jus mengkudu membantu
menyembuhkan sejumlah penyakit. Sedikitnya ada 22 jenis penyakit, antara
lain darah tinggi, kolesterol, stroke, kanker, asam urat, diabetes,
kelemahan seksual, rasa nyeri, depresi, gangguan ginjal, dan stres
dengan tingkat keberhasilan 78%. Selain itu, jus mengkudu efektif
menyembuhkan gangguan pencernaan, obesitas, alergi, sulit tidur,
meningkatkan daya konsentrasi hingga daya seksual.
Menurut
hasil penelitian, selain mengandung zat nutrisi, “sang noni” juga
mengandung zat aktif seperti terpenoid, antibakteri, scolopetin,
antikanker, xeronine, proxeronine, pewarna alami, dan asam. Zat nutrisi
yang dibutuhkan tubuh tergolong lengkap di mengkudu. Terpenoid merupakan
zat penting yang berfungsi membentuk tubuh dalam proses sintesis
organik dan pemulihan sel-sel tubuh. Sedangkan zat antibakteri dalam
mengkudu antara lain antrakuninon, acubin, dan alizarin. Zat-zat
tersebut di antaranya mampu mematikan bakteri penyebab infeksi jantung
dan disentri.
Teliti sebelum beli
Kini,
pemanfaatan mengkudu sebagai obat lebih banyak dikemas dalam bentuk jus
atau sari buah. Buah mengkudu yang tidak enak rasanya dan beraroma
kurang sedap, diolah sedemikian rupa sehingga lebih nikmat diminum
seperti halnya sirup atau jus buah biasa. Agar lebih menarik, jus
mengkudu juga dikemas dalam berbagai rasa. Ada juga yang diolah dalam
bentuk kapsul. Di samping untuk keperluan obat yang dikonsumsi dalam
bentuk jus, buah mengkudu juga dikemas dalam bentuk sampo, conditioner,
hair tonic, dan hair treatment.
Jus
mengkudu merupakan hasil ekstrak cairan buah mengkudu matang yang masih
mengandung zat-zat aktif (fitonutrien) yang sangat bermanfaat bagi
tubuh. Zat tersebut merangsang sistem kekebalan tubuh, mengatur fungsi
sel, dan memperbaiki sel-sel rusak maupun abnormal. Jus mengkudu yang
baik berwarna cokelat kemerahan. Jika warnanya berubah menjadi hitam
pekat, jus tersebut telah kehilangan aktivitas biologisnya dan tidak
bermanfaat lagi. Selain itu yang harus diperhatikan adalah kandungan
alkohol dalam jus mengkudu. Menurut pakar dan peneliti pangan IPB, Dr.
Ir. Inggrid S. Waspodo, jus mengkudu yang diolah secara benar umumnya
tidak mengandung alkohol. Di pasaran sendiri dikabarkan ada jus mengkudu
yang kandungan alkoholnya sangat tinggi, yakni bisa mencapai 20%.
Inggrid
yang merupakan peneliti pertama di Indonesia yang meneliti tentang
manfaat buah mengkudu terhadap kesehatan manusia itu juga menyebutkan,
ada beberapa produk jus mengkudu yang sengaja memfermentasi jus mengkudu
dengan asumsi akan lebih berkhasiat dan enak rasanya. Padahal, asumsi
seperti itu tidak benar. Menurut Inggrid, proses jus mengkudu yang tepat
tidak melibatkan khamir di dalamnya dan kehadiran khamir secara spontan
menunjukkan proses yang tidak higienis. Oleh karenanya, salah satu
saran penting agar mendapatkan nilai positif bagi kesehatan dari
konsumsi jus mengkudu, adalah teliti sebelum membeli.
“Pastikan
dulu jus mengkudu yang akan dikonsumsi itu dalam keadaan segar dan
diproses lewat pengolahan teknologi yang tepat serta higienis,” kata
Inggrid. Selain itu, tentu saja keteraturan dalam mengonsumsi jus
mengkudu sesuai anjuran.
Ternyata,
di luar sifat multiguna sebagai tanaman yang berkhasiat mengobati
berbagai jenis penyakit, mengkudu juga menimbulkan efek positif lain,
yakni bisa menciptakan lapangan kerja baru dan sumber pendapatan serta
kesejahteraan. Ini tidak lain karena berkat booming mengkudu, bisnis di
seputar mengkudu pun turut berkembang. Salah satunya lewat sistem Uni
Level Marketing (UNI), hampir sama dengan sistem MLM yang sudah lazim
ditekuni sejumlah masyarakat.
Soal
terbukanya peluang usaha ini diakui Ingen Bangun, Area Manager Balinony
Wilayah Jawa Barat. Sebagai pelaku bisnis langsung yang sudah terjun
sejak pertama kalinya bisnis mengkudu berkembang di Tanah Air, Ingen
sudah merasakan dampak positif dari bisnis yang digelutinya. Ia menilai,
prospek bisnisnya cukup bagus, terutama bagi kalangan generasi muda.
“Daripada mencari-cari pekerjaan yang tidak jelas atau menjadi pegawai
negeri dengan gaji tidak seberapa, lebih baik terjun dan tekuni bisnis
mengkudu. Kalau bukan generasi muda, lantas siapa lagi yang akan
memanfaatkan potensi dan peluang ini,” katanya penuh semangat. Betul
juga ya. Muhtar/”PR”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar